PADMASAMBHAVA STUPA   

PADMASAMBHAVA STUPA  
adalah sebuah stupa agama Buddha Vajrayana di wilayah Borobudur, Magelang, Indonesia yang terletak diantara tiga stupa peninggalan agama Buddha abad ke 8 yang termashyur: Candi Borobudur (2,25 km di arah tenggara), Candi Mendut (1,85 km di arah barat daya) dan Candi Pawon (1 km di arah Tenggara).


Padmasambhava Stupa saat ini sedang dalam proses pembangunan di atas lahan komplex tanah seluas 20.000 meter persegi, dan diperkirakan selesai pada akhir tahun 2020.


Stupa suci ini terletak tepat di area pertemuan sungai suci Praga dan Elo, di mana keindahan alam memanifestasikan  sebuah mandala suci, dan memberikan berkat spiritual luar (outer blessing), dalam (inner blessing), dan rahasia (secret blessing) bagi kalangan praktisi Vajrayana dan khalayak umum seperti kita untuk menerima berkahnya


Padmasambhava Stupa ditakdirkan untuk dibangun di atas lahan tanah suci (mandala) di daerah wilayah Borobudur, untuk melengkapi apa yang sudah ada di sana pada era abad ke-8 di mana Buddha Vajrayana adalah aliran dan praktisi utama yang dianut oleh pemeluk agama Buddha pada era tersebut. Berdasarkan catatan sejarah yang ada, Candi Borobudur diperkirakan dibangun antara 750 dan 825 Masehi, pada masa puncak kejayaaan dinasti Sailendra di Jawa Tengah,  yang pada saat itu di bawah pengaruh kerajaan Sriwijaya.  Penyelesaiannya diperkirakan memakan waktu 75 tahun dan selesai pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

Pada era yang sama Guru Padmasambhava membawa ajaran Buddha ke tanah Tibet dan mendirikan ajaran Buddha Vajrayana bersama dengan Santarasikta dan Vimalamitra. Santarasikta adalah seorang pandita  dan cendekiawan termahsyur agama Buddha dari Bengal, dan juga seorang sarjana cendekiawan dari Nalanda. Nalanda adalah tempat yang penting di mana dinasti Syailendra memiliki hubungan yang kuat dan asal muasal dari ajaran Buddha Vajrayana di Indonesia.

Atisha, pandita yang membawa gelombang ke-2 pembaharuan ajaran Vajrayana Budha di Tibet, datang ke kerajaan Sriwijaya pada tahun 1011 dan berguru dengan Dharmarkirti dari Svarnadipa (Sumatra) sebelum beliau tiba di tanah Tibet. Dharmarkirti, yang juga dikenal sebagai Serlingpa di tanah Tibet adalah guru utama dari Atisha.  Di dalam masa dua belas tahun  Atisha tinggal di Svarnadipa, Atisha juga mengunjungi candi Borobudur, dan tinggal di sana untuk sementara waktu. Sehingga akar Buddha Vajrayana di Indonesia dan Tibet memiliki hubungan interkoneksi yang erat dan kuat.


Padmasambhava Stupa memiliki ketinggian 88 kaki (atau 26 meter) melambangkan primordial Adi Buddha, dan Padmadsambava dengan 25 murid utamanya. Bentuk Padmasambhava Stupa menyerupai stupa Boudhanath seperti bagaimana yang telah diprediksi dalam terma dari silsilah Nyingmapa.


Stupa Suci Padmasambhava adalah perwujudan dari Tri Ratna, dan  perlambangan Tubuh, Ucapan, dan Batin dari Sang Buddha. Dan juga melambangkan tubuh Trikaya Buddha. Stupa suci  bertujuan untuk membebaskan kita dari samsara dan membawa manfaat bagi semua makhluk hidup di seluruh alam.



© Tathagata Namthar Foundation